Keunikan interaaksi islam dan budaya jawa 2

Ajaran di atas menunjukkan bahwa Mangkunegara IV berusaha agar orang-orang Jawa mengambil contoh tauladan laku utama kepada tokoh-tokoh orang Jawa sendiri, yakni Panembahan Senapati. Jadi tidak perlu jauh-jauh mencontoh kehidupan Nabi seperti halnya para santri yang kearab-araban. Jadi muatan politik untuk mempertahankan wibawa raja-raja Jawa melalui bidang sastra dan budaya Jawa sangat kentara.


Demikianlah keunikan interaksi antara Islam dan budaya Jawa. Dalam lingkungan budaya pesantren yang terjadi adalah peng-Islam-an secara alamiah unsur-unsur warisan kepercayaan dan tradisi-tradisi lama sehingga keduanya bisa hidup berdampingan dalam kalangan masyarakat pesantren tradisional. Sebaliknya adalah kalangan masyarakat Kejawen yang berpusat di istana-istana kerajaan Jawa, muncul kegairahan para pujangga dan sastrawan untuk mempertahankan dan memperhalus warisan sastra budaya lama dan di-Islamkannya sastra budaya Jawa, di samping karena kebutuhan untuk mencipta karya-karya baru, juga untuk menyesuaikan dengan tuntutan peralihan Zaman Kabudan ke Zaman Kewalen. Sastra budaya Jawa yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam (telah di-Islam-kan), penulis sebut sebagai Sastra Budaya Islam Kejawen (Koentjaraningrat dalam Kebudayaan Jawa menamakannya Sistem Budaya Agami Jawi). Sastra Budaya Islam kejawen ini sangat besar pengaruhnya lantaran dapat mengakrabkan masyarakat Kejawen dengan agama Islam dan menjelmakan jadi satu varian Islam Kejawen, di samping varian Islam Santri. Jadi masyarakat Kejawen sebelum sempat di-Islam-kan para santri sudah di-Islamkan para sastrawan Jawa Melalui sastra budaya Islam Kejawen.

Menurut Koentjaraningrat :"Keyakinan orang Jawa yang beragama Agami Jawi terhadap Tuhan sangat mendalam dan hal itu dituangkan dalam suatu istilah sebutan Gusti Allah Ingkang Maha Kuwaos " (Koentjaraningrat, 1984:322). Seterusnya Koentjaraningrat mengatakan sebagai berikut :

Sistem keyakinan Agami Jawi memandang Nabi Muhammad sangat dekat dengan Allah.

Dalam hampir setiap ritus dan upacara, pada waktu mengadakan pengorbanan, sajian, atau slametan, seorang Jawa mengucapkan nama Allah, mereka juga mengucapkan nama Nabi Muhammad, yang dalam bahasa Jawa dinyatakan sebagai berikut: "Kangjeng Nabi Muhammad Ingkang Sumare Ing Siti Medinah …"

Kesusastraan yang lebih disukai oleh para penganut Agami Jawi adalah kesusastraan Islam yang mengandung unsur-unsur mistik atau yang bersifat kepahlawanan, seperti cerita-cerita Menak (lihat halaman 290) dan cerita-cerita mengenai peristiwa-peristiwa khusus dalam kehidupan Nabi Muhammad, seperti cerita mengenai lahirnya, pernikahannya dengan Dewi Ngatijah (‘Adijah) di Mekah, mengenai hijrahnya, perang-perangnya, dan terutama mengenai kenaikan Nabi Muhammad ke Surga. Semua cerita itu termaktub dalam buku Serat Muhammad, sebuah buku puisi dengan syair-syair yang harus dibaca dengan lagu macapat.

Buku itu sangat banyak dibaca dan dimiliki penduduk desa di Jawa Tengah dan Timur sejak buku itu diterbitkan pada tahun 1891 (Koentjaraningrat, 1984 : 324-325).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa warisan Islam Kejawen ke-Islamannya masih pasif, belum sadar menjalankan shalat lima waktu, namun telah merasa berada di bawah panji- panji agama Islam. Yakni mereka telah di-Islamkan oleh lingkungan sastra budaya Islam Kejawen kreasi para pujangga Kejawen sendiri, sebelum ke-Islamannya mereka dimantapkan oleh lingkungan budaya pesantren. Itulah keunikan interaksi Islam dan Budaya Jawa, yakni terjadi proses saling menunjang dan saling membutuhkan. Dalam pemerintahan Presiden Soekarno yang dengan konsep politik Nasakom (Nasionalis, Agama dan Komunis) berusaha meminggirkan politik Islam; demikian pula periode pertama politik Presiden Soeharto yang berusaha meminggirkan kekuatan politik Islam dengan asas tunggalnya, para pendukung Islam Kejawen masih nampak takut-takut memantapkan ke-Islaman mereka. Namun kemudian dengan berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia tahun 1990M,dan Soeharto butuh dukungan kekuatan Islam, muncul kegairahan penganut Islam Kejawen untuk memantapkan ke-Islamannya dengan shalat lima waktu.

 
 
 

Alexys Network

 
Copyright © Free Info Internet